Molekul Rantaian Panjang Struktur Non-Kristal

Material dengan molekul rantaian panjang disebut polimer (kadang-kadang disebut resin atau plastik). Struktur non-kristal relatif mudah terbentuk karena molekul rantai panjang yang fleksibel ini mudah berbelit satu sama lain. Molekul rantai panjang ini kebanyakan jenuh, dan sering mengikat gugus atom pada sisinya dan oleh karenanya jarang terjadi susunan yang rapat; dan hal ini memudahkan terbentuknya struktur non-kristal. Beberapa faktor yang mendorong terbentuknya struktur non-kristal adalah:
a)        molekul rantaian yang panjang dan bercabang,
b)        kelompok atom yang terikat secara tak beraturan sepanjang sisi molekul,
c)        rantaian panjang yang merupakan kombinasi dari dua atau lebih polimer, yang disebut kopolimer,
d)       adanya unsur aditif, yang akan memisahkan satu rantaian dari rantaian yang lain, unsur aditif ini biasa disebut plasticizer.

Kita ambil contoh senyawa hidrokarbon ethylene dengan rumus molekul C2H4, molekul ini mempunyai ikatan dobel antara dua atom karbon dan masing-masing atom karbon mengikat dua atom hidrogen.

Ikatan dobel dua atom C pada ethylene dapat terbuka untuk membentuk ikatan dengan atom C lain yang juga memiliki ikatan dobel yang terbuka. Dengan cara ini terbentuklah rantaian panjang polyethylene:


Polyethylene bisa dipandang sebagai rantaian panjang paraffin, yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan rumus molekul CnH2n+1 dengan berat molekul sekitar  seribu, parafin ini membentuk kristal. Dalam struktur ini polyethylene disebut linear polyethylene yang juga membentuk kristal (walaupun tidak sesempurna paraffin).
Keadaan jauh berbeda jika molekul polyethylene bercabang. Makin bercabang, polyethylene makin non-kristal. Pengaruh adanya cabang ini bisa dilihat pada vinyl polymer, yaitu polymer dengan unit berulang C2H3X. Cabang X ini bisa berupa gugus atom yang menempati posisi di mana atom H seharusnya berada. 

Ada tiga kemungkinan cara tersusunnya cabang ini yang diperlihatkan pada gambar 1, yaitu:
(a) atactic, atau acak,
(b) isotactic, semua cabang berada di salah satu sisi rantai,
(c) syndiotactic, cabang-cabang secara teratur bergantian dari satu sisi ke sisi yang lain.

Gambar 1. Susunan atactic, isotactic, syndiotactic.

Jika gugus cabang tersebut kecil, seperti misalnya pada polyvinyl alkohol di mana X = OH, dan rantaian linier, maka polimer ini dengan mudah membentuk kristal. Akan tetapi jika gugus cabang ini besar, polimer akan berbentuk non-kristal seperti pada poyvinyl chloride, di mana X = Cl, juga pada polystyrene, di mana X = benzena yang secara acak terdistribusi sepanjang rantaian (atactic). Polimer isotactic dan syndiotactic biasanya membentuk kristal, bahkan jika cabang cukup besar.
Kopolimerisasi atau pembentukan kopolimer, selalu menyebabkan ketidak-teraturan dan oleh karena itu mendorong terbentuknya struktur non-kristal. Berikut ini beberapa cara tersusunnya kopolimer.
(a) dua macam polimer tersusun secara acak sepanjang rantai seperti gambar berikut.
(Bola-bola menunjukkan unit polimer dan bukan mewakili atom tertentu)
(b) susunan berselang-seling secara teratur,
(c) susunan kopolimer secara blok,
(d) salah satu macam polimer menjadi cabang rantaian macam polimer yang lain.
Plasticizer. Penambahan plasticizer mencegah terjadinya kristalisasi karena plasticizer membuat rantaian saling terpisah. Kelemahan plasticizer adalah bahwa ia memiliki berat atom yang terlalu kecil sehingga ada tendensi untuk berdifusi dalam padatan dan menguap. Hal ini mengakibatkan padatan kehilangan sifat plastisnya dan timbul retak-retak dengan berjalannya waktu.
Cross-Linking. Cross-linking merupakan ikatan antar rantaian panjang yang terjadi di berbagai titik, dan ikatan ini merupakan ikatan primer. Cross-link bisa terbentuk oleh segmen kecil dari rantaian seperti berikut:
Cross-link bisa juga terbentuk oleh atom atau molekul asing.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages

Diterbitkan Oleh Angah Azhari