1.
Pendahuluan
Pada temperatur rendah, energi pada
susunan non-kristal tidaklah serendah energi pada susunan kristal untuk
komposisi material yang sama. Namun demikian struktur non-kristal dapat dengan
mudah terbentuk, dan ia juga stabil. Struktur non-kristal tidaklah seratus
persen tidak teratur. Atom-atom dari padatan ini masih menunjukkan keteraturan
susunan dalam skala sub-unit. Akan tetapi susunan antar sub-unit terjadi secara
tak beraturan.
Melihat strukturnya, material
non-kristal dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama, yaitu:
a) struktur yang terbangun dari molekul
berbentuk rantai panjang,
b) struktur yang terbangun dari jaringan
tiga dimensi.
Molekul berbentuk rantai panjang akan
mudah saling berbelit dan membentuk material non-kristal walaupun bagian-bagian
tertentu dari rantai panjang ini dapat tersusun sejajar membentuk susunan
teratur. Pada fasa cair mobilitas sangat rendah sehingga sekali materiaal ini
menjadi dingin, strukturnya akan tetap non-kristal, sebab untuk membentuk
struktur kristal diperlukan mobilitas atom yang cukup agar penyusunan atau
pengaturan kembali dapat terjadi.
Jaringan tiga dimensi terbentuk bila
sub-unit berupa polihedra koordinasi yang saling berikatan sudut. Ikatan antar
polihedron merupakan ikatan diskrit dengan karakter kovalen yang dominan dan
rantaian ini cukup fleksible sehingga mudah saling berbelit satu sama lain.
Hanya sedikit polihedra dari rantaian ini yang dapat tersusun secara teratur
membentuk kristal, kebanyakan mereka tersusun secara tidak teratur sehingga
material yang terbentuk merupakan material non-kristal.
2.
Perilaku Material Non-kristal
Struktur non-kristal bisa juga terbentuk
dari kombinasi kedua struktur utama tersebut di atas. Mereka bisa terbangun
dari unsur ataupun senyawa (komponen). Walaupun terdapat perbedaan-perbedaan,
pada umumnya material non-kristal menunjukkan perilaku yang mirip, seperti
tidak memiliki titik leleh tertentu melainkan menjadi lunak bila temperatur
ditingkatkan dan mengeras secara berangsur-angsur jika didinginkan, sifat fisik
dan mekanis juga mirip jika diukur pada temperatur yang secara relatif
sebanding dengan energi ikat yang dimiliki.
Semua material non-kristal memiliki
karakter umum yaitu bahwa setiap sub-unit pada fasa cair sangat mudah saling
berbelit dan sekali hal ini terjadi hampir tidak mungkin untuk diuraikan
kembali. Walaupun cara terjadinya belitan antar sub-unit tersebut bisa
bermacam-macam, namun pada dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok
sebagaimana telah disebutkan di atas.
a)
Pengaruh Temperatur.
Struktur dan ikatan yang mirip antara
berbagai material non-kristal, menyebabkan mereka memiliki perilaku yang hampir
sama terhadap perubahan temperatur. Material non-kristal tidak memiliki titik
beku tertentu. Mereka menunjukkan viskositas yang berangsur berubah dalam
selang temperatur tertentu. Hal ini dapat dipandang sebagai proses pembekuan
yang berlangsung secara bertahap karena setiap sub-unit memiliki lingkungan berbeda
dan energi ikat yang berbeda pula. Pembentukan fasa padat akan dimulai dari
sub-unit yang memiliki energi ikat terendah, yang kemudian disusul oleh yang
memiliki energi ikat yang lebih tinggi, seiring dengan menurunnya temperatur.
Oleh karena itu terdapat selang temperatur dimana proses pembentukan struktur
padat itu terjadi.
Temperatur pertengahan dalam selang
transisi proses pembentukan struktur padat disebut temperatur transisi gelas
(glass transition temperature), Tp. Di bawah temperatur ini
material akan menjadi regas seperti gelas, dan pada temperatur yang
lebih tinggi ia cenderung untuk meleleh seperti cairan yang memiliki viskositas
tinggi.
b)
Transparansi.
Banyak material non-kristal transparan,
baik pada keadaan cair maupun padat. Sifat ini muncul karena tak ada unsur
asing dalam material ini, tak ada hole, tak ada permukaan internal yang
akan merefleksikan gelombang elektromagnet, tidak ada elektron-bebas yang akan
menyerap energi.
c)
Material Non-kristal Dari
Unsur.
Pada temperatur kamar, hanya sulfur dan
selenium yang dapat membentuk material non-kristal. (Beberapa unsur lain
dapat membentuk gelas pada temperatur mendekati nol absolut). Kedua unsur ini
adalah dari grup-6 pada tabel periodik; mereka mempunyai dua elektron valensi.
Ikatan antar atom terutama adalah kovalen dengan overlaping orbital p.
Ikatan ini membentuk rantaian panjang, yang dalam keadaan cair akan saling berbelit,
dan jika didinginkan dengan cepat akan membentuk material nonkristal.
Unsur grup-6 yang lain seperti tellurium
dan polonium tidak membentuk material non-kristal pada temperatur
kamar. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh terjadinya ikatan yang kurang
berarah dan kurang diskrit mengingat bahwa elektron valensi kurang erat terikat
pada atom; atom dan molekul lebih mudah bergerak. Secara umum, jika ikatan atom
makin lemah, atom makin mudah bergerak, pembentukan struktur kristal akan lebih
mudah terjadi dan sulit terbentuk struktur gelas yang non-kristal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar